Kamis, 17 Januari 2013

Seni Budaya Kota Garut

  • Atraksi Lais Sebuah Kesenian Asli Garut

Garut memang tak dipungkiri memiliki banyak potensi, salah satunya adalah atraksi Lais yang merupakan sebuah produk seni budaya khas dan asli Garut. Lais merupakan kesenian turun temurun yang diwariskan Garut dalam bidang kesenian dan kebudayaan, Lais sendiri sebetulnya masih terkait dengan kesenian pencak silat.
Istilah Lais diambil dari nama seorang warga yang begitu ahli dan terampil memanjat pohon kelapa pada jaman dahulu tepatnya pada masa penjajahan belanda. ‘Pak Lais’ atau ‘Laisan’ begitulah beliau kerap dipanggil warga sekitar kampung Nangka Pait, kecamatan Sukawening, Garut.
Kesenian Lais Kesenian Asli GarutKesenian Lais Garut - kesenian Lais yang lahir pada masa penjajahan Belanda di daerah Sukawening maka warga sekitar menjadikan seni akrobatik ini sebagai kesenian khas kampung tersebut dan seiring dengan bertambahnya waktu, kesenian Lais terus diturunkan kepada penerusnya.
Seni akrobatik Lais menampilkan atraksi para pemain dengan bergelantungan pada seutas tali yang diikatkan dan dibentangkan pada dua batang bambu. Para pemain Lais menari-nari, meliukan badan dan mendemonstrasikan gerakan-gerakan pencak dan bertumpu pada seutas tali tambang tanpa pengaman apapun serta diiringi dengan musik tradisional pencak silat yang khas.
Atraksi Lais Sebuah Kesenian Asli Garut ini dapat disaksikan pada acara-acara adat dan juga gelaran-gelaran besar Kabupaten Garut.

Candi dan Situ Cangkuang Garut, Pesona Wisata Alam Memukau

Candi Cangkuang Garut, Pesona Wisata Alam Memukau – Jalan-jalan kami kali ini menuju Situ dan Candi Cangkuang, sebuah objek wisata yang terletak di Kecamatan Leles Kabupaten Garut. Situ Cangkuang adalah sebuah situ yang berada di tengah kampung Pulo. Sebuah candi berdiri di seberang situ. Untuk mencapai candi, disediakan rakit yang bisa disewa dengan tarif Rp. 3.000,- untuk dewasa dan Rp. 2.000,- untuk anak-anak.
Situ dan Candi Cangkuang tidak sulit dijangkau dari pinggir jalan raya Garut-Bandung. Untuk menuju ke lokasi, bisa menggunakan delman yang berjejer di pinggir jalan raya. Jika menggunakan kendaraan pribadi, hanya menghabiskan waktu kurang lebih 10 menit agar bisa sampai di pinggir Situ Cangkuang.
Candi Cangkuang Garut
Candi Cangkuang Garut
Candi Cangkuang menyimpan berbagai kisah menarik. Konon berabad-abad lalu di Kampung Pulo ada seorang putri Hindu cantik jelita. Datanglah seorang panglima perang Mataram bernama Arif Muhamad. Dalam pelarian setelah menderita kekalahan melawan Belanda, ia berjumpa dengan sang putri, kemudian jatuh cinta. Ternyata cintanya tidak bertepuk sebelah tangan, sang putri hanya mensyaratkan kepada Arif Muhamad untuk dibuatkan sebuah situ di yang dikelilingi oleh kampung. Esoknya apa yang diinginkan sang putri dapat dikabulkan, sebuah situ yang kemudian dinamai Situ Cangkuang. Arif Muhamad pun kemudian menetap dan menyebarkan agama Islam.
Candi cangkuang terdapat 10 Km sebelah utara tarogong arah menuju ke Bandung, tepatnay di daerah Leles. Untuk menuju ketempat obyek wisata ini dari Kec.Leles, baisanya para wisatawan menggunakan kendaraan deman (andong) yang unik. Situ yang dangkal ditutupi oleh bunga teratai yang indah. Kisah turun temurun tersebut dijelaskan oleh Tatang, juru kunci Kampung Pulo, pria paruh baya, ketika kami sampai di lokasi Candi, menggunakan sebuah rakit sewaan. Sebuah candi setinggi delapan setengah meter berdiri, bersisian dengan makam Arif Muhamad. Sebuah harmoni perpaduan Islam-Hindu terasa kental.
Situ Cangkuang Garut
Candi Cangkuang Garut
Candi Cangkuang Garut Tampak Depan
Pertama kali candi ditemukan pada 1966 oleh Harsoyo dan Uka Candrasasmita. Penemuan ini berdasarkan laporan Vorderman tahun 1893. Sayangnya, candi Cangkuang ditemukan tak berbentuk. Hanya bersisa 40 persen saja puingnya yang 60 persen yang hilang lalu dibuat replika. Sehingga pada 1976, candi itu utuh kembali. Tepat di belakang komplek candi, terdapat rumah adat yang dengan bebas bisa ditelusuri.
Rumah adat Kampung Pulo hanya berjumlah tujuh saja, tak boleh lebih, juga tak boleh kurang. Susunannya seperti huruf U, lingkungannya asri, terawat, bersih, dan rapi. Jumlah ini simbol dari tujuh anak Arif Muhammad. Satu bangunan masjid melambangkan anak laki-laki.
Enam lainnya berupa rumah tinggal, melambangkan anak perempuan.”Kalau anak sudah menikah, dia harus pindah dari desa ini, tapi kalau ada rumah yang kosong, nanti dipanggil kembali”Walau memeluk agama islam, warga kampung memengang garis keturunan perempuan. Maka, hanya anak perempuan yang berhak tinggal di desa, anak laki-laki harus pindah ketika dewasa, jelas Tatang.

Pariwisata Kota Garut

  • Taman Satwa Cikembulan Melengkapi Wisata Kota Garut

Sebuah kebun binatang kecil yang merupakan hasil dari kreatifitas warga dan kini menjadi salah satu tempat wisata yang wajib dikunjungi. Taman Satwa Cikembulan ini berlokasi di Desa Cikembulan Kecamatan Kadungora Kabupaten Garut, lokasinya pun cukup mudah dijangkau, jika dari jalan utama Bandung-Garut. Hanya berjarak kurang lebih sekitar 2,5 km dari jalan utama, transportasi pun tidak begitu sulit. Layanan ojek ataupun delman siap melayani anda menuju tempat tujuan.

Beberapa wahana alternatif untuk anak-anak pun tersedia di tempat ini, seperti wahana naik kuda,bebek air, motor ATV dan mobil kecil pun menjadi salah satu alasan para orang tua untuk mengajak anak-anaknya berkunjung ke tempat ini.
Disamping itu pula, banyaknya tempat istirahat untuk sekedar menjadi tempat makan keluarga ataupun beristirahat menikmati suasana pemandangan, menjadikannya cukup nyaman untuk dikunjungi. Tiket masuknya pun cukup murah, hanya dengan Rp. 10.000 untuk dewasa, dan Rp. 5.000 untuk anak-anak, anda sudah bisa menikmati taman satwa ini yang berada di tempat yang asri sejuk dan segar.
Taman Satwa satu-satunya di Provinsi Jawa Barat ini, antara lain memiliki koleksi dua populasi Macan Tutul jantan masing-masing berusia dua serta tiga tahun, sedangkan seluruh penghuni kini sekurangnya 214 spesies, termasuk Harimau Sumatra (Panthera Tigris Sumatrae).
Saat ini pun menyediakan sarana pemancingan bagi para pengunjung, yang memiliki hobi memancing ikan.
Dibukanya sarana pemancingan itu, sebagai upaya nyata memenuhi kepuasan pengunjung, bersama keluarga melepas lelah dan kepenatan sambil menikmati panorama alam serta koleksi sekurangnya 214 spisies, termasuk hewan langka yang dilindungi Undang-Undang RI.
Taman Satwa ini pun, memiliki koleksi beberapa patung asmat, ditempatkan pada sebuah gallery yang sekaligus bisa dinikmati sambil menyantap makanan maupun minuman ringan.

  • Curug Sanghyang Taraje Garut Tempat Wisata Panorama Mistis

Curug Sanghyang Taraje Garut Tempat Wisata Panorama Mistis Hampir di setiap Curug biasanya diselingi dengan kisah mistis yang membingkainya. Dan Curug Sanghyang Taraje Garut adalah salah satunya. Dimana lokasi Curug Sanghyang Taraje serta cerita mistik di baliknya, mari kita sama-sama telusuri. Curug dalam bahasa Sunda mempunyai arti air terjun, taraje berarti tangga, sanghyang bisa berarti langit atau khayangan. Jadi Curug Sanghyang Taraje bisa diartikan air terjun menyerupai tangga menuju langit atau khayangan. Dan memang benar, curug satu ini bentuknya mirip sekali dengan tangga atau taraje dalam bahasa Sunda. Menurut cerita atau mitos yang berkembang hingga kini, Curug Sanghyang Taraje masih ada kaitannya dengan legenda salah satu anak Prabu Siliwangi dari Kerajaan pajajaran yakni Kian Santang.
Curug Sanghyang Taraje Garut Tempat Wisata Panorama Mistis
Konon Kian Santang, yang hendak mengambil bintang untuk Dayang Sumbi melewati curug ini, sehingga curug ini dinamai Sanghyang Taraje. Dan konon juga, di area curug ini Kian Santang menyimpan salah satu benda berharga dan dijaga oleh ular yang sangat besar, dan konon lagi, penduduk sekitar kadang masih suka ngeliat penampakan dari ular besar tersebut…Wallahu ‘alam.
Curug Sanghyang Taraje berada tepatnya di desa Kombongan wilayah Pakenjeng Kabupaten Garut berada di ketinggian 1000 Meter diatas permukaan laut dengan tinggi air terjun 100 Meter. Jarak dari ibu kota Kabupaten Garut kurang lebih 47 Km dapat ditempuh dengan menggunakan roda 4 dan roda 2 dengan waktu tempuh sekitar 2 jam. Kondisi jalan cukup baik meskipun tidak bisa disebut istimewa, di sepanjang perjalanan kita akan disuguhi pemandangan cantik undakan-undakan sawah khas Parahiangan.
Untuk sampai di Curug Sanghyang Taraje, menurut pengalaman kami, lebih nyaman menggunakan kendaraan roda dua. kondisi jalan yang curam, berbatu dan sempit cukup beresiko, belum lagi area disekitar pos terakhir menuju curug sempit dan susah untuk parkir jika menggunakan kendaraan roda 4, apalagi kalo belum hafal medan dan kendaraan yang tidak fit.
Bagi penghobi fotographi, jangan lewatkan pengalaman luar biasa yang akan anda dapatkan dari hasil jepretan kamera anda, sekalipun cuaca berkabut. Menurut pengalaman seorang teman saat cuaca berkabut, justru akan mendapat hasil gambar yang,,,mistis dan eksotis. Untuk membuktikannya, silahkan datang sendiri dan telusuri keseluruhannya. Selamat berwisata!

  • Sungai Cikandang Garut Surga Wisata Arung Jeram

Sungai Cikandang merupakan salah satu sungai tujuan Wisata Garut khususnya olah raga rafting/ arung jeram yang terdapat di Kab.Garut, sungai ini sudah cukup lama dikenal dan dijadikan tempat olah raga arung jeram/rafting oleh para penggiat kegiatan alam terbuka bahkan Cikandang merupakan salah satu sungai favorit para ORADER (pengiat olah raga arus deras) baik ORADER Indonesia maupun orader mancanegara. Mengapa sungai Cikandang Garut bisa menjadi tempat favorit dan menjadi surga arung jeram oleh para aktivis ORAD (OlahRaga Arus Deras)? jawabannya adalah tiada lain dan tiada bukan selain sungai ini memiliki pemandangan yang memukau disisi kiri dan kanannya, sungai ini juga memiliki debit air yang dapat dibilang stabil bahkan dimusim kemarau sekalipun. Pada musim kemarau memang debit air menurun namun jeram-jeram ekstrim khas sungai Cikandang tak banyak yang menghilang.
Sumber air sungai Cikandang berasal dari Gunung Cikuray dan Gunung Papandayan, meleok-leok dengan indahnya dan bermuara di Laut Selatan (Samudera Hindia). Jika anda mencoba wisata arung jeram atau olah raga arus deras/rafting di sungai ini dijamin anda tak akan merasa rugi, sepanjang pejalanan pengarungan kita disuguhkan dengan keindahan alam yang asri nan mempesona. Air di sungai ini pun cukup jernih terlebih jika kita melakukn pengarungan pada musim kemarau, namun jika kita rafting di musim ini debit air sungai sedikit menurun meski masih terbilang stabil untuk naik turunnya.
Sungai Cikandang Garut Surga Wisata Arung Jeram, Pariwisata Garut Online
Spesifkasi Detail Sungai Cikandang Garut
  • Grade: III – IV
  • Starting Point: Kampung Sindang Ratu, Pakenjeng
  • Finish Point: Pantai Selatan di Desa Cijayana
  • Konfigurasi:Gunung, lembah, bukit.
  • Altitude: 400 Mdpl
  • Jarak Tempuh: 28 km
  • Waktu Pengarungan: 4-5 Jam
  • Temp: 30-40 derajat Celcius
  • Lebar Sungai: 5-8 m
Lokasi Cocok untuk Olah Raga Air, seperti:
  • Rafting/Arung Jeram
  • Kayaking/Canoing
  • River Board
Warning: Diperlukan tim pemandu rafting dan tim rescue berpengalaman.
Wajib dikenakan: Helmet dan jaket pelampung
Jeram-Jeram Ekstrim Sungai Cikandang
  • Jeram Bangkai
  • Jeram Sobek
  • Jeram Erlan Hole
  • Jeram Tepung
  • Jeram Batu Nunggul
  • Jeram Panjang
  • Jeram Anis
  • Jeram Parakan Lubang
  • Jeram Goodbye
Tantangan dan adrenalin anda akan mulai naik dari saat starting point, begitu kita melakukan pengarungan Sungai Cikandang tak lama langsung dihadapkan dengan jeram dan riam. Up and down serta diombang-ambing arus, perahu karet kita tak akan melaju flat meski pada beberapa titik kita akan mendapatkan arus yang flat sekedar untuk mengumpulkan energi dan kembali memicu adrenalin.
Jeram-jeram khas dengan tingat kesulitan tinggi siap menghadang pengarungan wisata arung jeram anda di sungai ini, oleh karena itu jika kita hendak melakukan pengarungan di sungai Cikandang, baik untuk olah raga maupun wisata wajib dibimbing oleh provider ORAD/Rafting yang profesional dan berpengalaman dengan safety prosedur yang baik. Perlengkapan keselamatan standar rafting seperti helmet dan pelampung wajib melekat pada tubuh orader/ wisatawan arung jeram, tak hanya itu, tim rescue juga harus standby dibeberapa titik selama waktu pengarungan sungai ini, terlebih pada musim penghujan yang notabene meningkatkan debit air dan menciptakan riam serta jeram ekstrim.
Untuk anda yang berminat dan tertarik memicu adrenalin dan menguji seberapa kuat nyali anda sepertinya anda memang harus merasakan sensasi wisata arung jeram sungai cikandang Garut ini, tak susah jika memang anda berminat untuk mengarungi sungai ini. Anda dapat menghubungi rekan-rekan pecinta alam yang terdapat di Garut untuk dapat memandu anda dalam olah raga wisata yang satu ini. 

  • Perkebunan Teh Dayeuh Manggung Garut Tempat Wisata Alternatif

Jalan-jalan kita kali ini adalah ke Perkebunan Teh Dayeuh Manggung. Terletak di Desa Subatan Kecamatan Cilawu berjarak 6 km dari ibu kota Kecamatan dan 15 km dari ibukota Kabupaten Garut. Seperti pada umumnya Perkebunan Teh lainnya, kebun teh Dayeuh Manggung memiliki pemandangan yang elok, dengan bukit-bukit kebun teh yang hijau permai. Kelebihan lainnya adalah tingkat kebisingan yang rendah, karena pabrik pengolahan teh terdapat di bagian bawah perkebunan. Di sekitar perkebunan teh juga terdapat pohon pinus yang menambah keindahan panorama perkebunan.
Di kebun teh Dayeuh Manggung, bisa melakukan berbagai aktivitas hoby seperti tracking, hiking, piknik, bersunyi-sunyian atau fotograpy. Kebanyakan pengunjung adalah wisatawan domestik berasal dari Garut dan Tasikmalaya. Karena kebun teh Dayeuh Manggung memiliki sejarah kepemilikan dengan Pemerintahan Belanda dan Jepang, maka perkebunan teh Dayeuh Manggung juga sering dikunjungi wisata dari mancanagara berkebangsaan Belanda dan Jepang.
Perkebunan Teh Dayeuh Manggung Garut Tempat Wisata Alternatif
Apabila baraya mengunjungi area ini, hal yang harus diperhatikan adalah di area ini tidak terdapat fasilitas akomodasi dan makan minum. Persiapkan segala sesuatunya sebelum berangkat menuju ke tempat ini. Namun fasilitas lain seperti area parkir yang cukup luas, pintu masuk, dan mesjid. Di pinggir jalan raya Cilawu sebelum atau sesudah jalan masuk menuju perkebunan Dayeuh Manggung, banyak terdapat rumah makan Sunda yang menyediakan berbagai menu khas masakan Sunda. Jadi baraya tidak perlu khawatir.
Bagi yang tidak menggunakan kendaraan pribadi, baraya masih bisa mengunjungi perkebunan teh Dayeuh Manggung. Caranya dengan naik angkot jurusan Garut-Cilawu dengan ongkos Rp. 5.000,-. Berhenti di jalan masuk ke perkebunan lalu naik ojek dengan tarif Rp.10.000,-. Membayar tiket masuk Rp. 2.000,-/orang. Cukup murah dan baraya langsung bisa menikmati apa yang baraya cari dari keindahan perkebunan teh Dayeuh Manggung. Selamat berkunjung !

  • Puncak Darajat Garut Objek Wisata Alam dan Air Panas

Selain obyek wisata pemandian air panas Cipanas Garut, Puncak Darajat atau Darajat Pass adalah pilihan lain wisata bernuansa alam yang memiliki sumber air panas serta fasilitas bermain lengkap. Lokasi Puncak Darajat adalah di bawah kaki Gunung Papandayan berjarak sekitar 24 km dari Garut kota. Dengan sarana jalan yang cukup baik, anda bisa melaluinya menuju ke lokasi dengan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum.
Jika anda menggunakan kendaraan pribadi, kendaraan yang ada kemudikan anda bawa menuju Alun-Alun Tarogong, lalu belok ke kanan menuju Garut Kota. Sekitar 500 dari Alun-Alun Tarogong, kendaraan anda belokkan ke kanan menuju Samarang mengikuti petunjuk jalan menuju PT. Chevron. Setelah melewati pasar Samarang, kendaraan anda belok ke kanan, tepat di simpang Palnunjuk ke arah Pasirwangi langsung menuju lokasi Puncak Darajat.
Puncak Darajat Garut Obek Wisata Alam dan Air Panas Pass
Jika anda menumpang kendaraan umum, dari Terminal Guntur Garut, anda bisa naik angkutan kota berwarna hijau (Terminal Guntur-Cibodas), ongkosnya rata-rata Rp.4.000,-. Dari Samarang anda naik angkutan pedesaan berwarna kuning menuju Pasirwangi, ongkos rata-rata Rp.5.000,-. Dari pemberhentian terakhir, anda bisa naik ojek sampai ke Puncak Darajat, ongkos rata-rata Rp.10.000-15.000,-
Pemandangan Puncak Darajat Garut, View Darajat Pass
Di Puncak Darajat anda akan disuguhi wisata alam yang elok, pemandian air panas dan bagi anda yang menyukai outbound, beberapa tempat wisata sudah menyediakannya. Pengunjung yang berencana menginap, hotel dan cottage sudah menanti dengan aneka tarif. Anda tinggal pilih mana yang anda suka dan sesuai dengan kocek anda. Anda pun tidak perlu repot-repot membawa bekal, sebab di Puncak Darajat, rumah makan/resto lesehan baik makanan siap saji atau makanan tradisional, sudah tersedia. Begitupun jikaingin membeli oleh-oleh kerajinan Garut dan makanan khas Garut, tinggal pilih sesuai keinginan.

  • Kampung Sampireun ,Tempat Berlibur Romantis

Kampung Sampireun dikenal sebagai tempat berlibur romantis dengan nuansa Sunda yang kental serta tempat yang indah dan sejuk.Menghabiskan waktu bersama pasangan di tempat ini sangatlah cocok.
Sampireun merupakan sebuah resort yang berada di atas Danau yang bersih dan dihuni oleh banyak ikan mas.Sampireun ini diambil dari nama danau tersebut dan memiliki arti yaitu tempat singgah. Danau ini juga memiliki mata air yang masih alami dan juga dimanfaatkan oleh penduduk sekitar untuk mengairi sawah.
Kampung Sampireun terletak Jl Raya Samarang Kamojang,atau lebih tepatnya lagi berada di Ciparay, desa Sukakarya kecamatan Samarang, Kabupaten Garut Jawa Barat.
Jika Anda ingin merasakan suasana pedesaan khas Sunda,Kampung Sampireun bisa menjadi pilihan tempat.Banyak paket yang ditawarkan oleh Kampung Sampireun, seperti paket bulan madu dan paket pernikahan.

Pantai Karang Paranje

 
Pantai karang paranje adalah salah satu objek wisata pantai di kabupaten Garut yang belum dikembangkan menjadi objek wisata. Pantai ini mempunyai potensi wisata berupa keindahan alam pantai dengan terdapatnya gugusan karang di tepi pantai, sehingga pantai ini memiliki keunikan dan daya tarik untuk dikembangkan sebagai objek wisata.
Dari pantai karang paranje juga dapat dinikmati suasana sore yang eksotis untuk melihat matahari terbenam (sunset) secara jelas ditepi pantai tersebut. Pantai ini sekarang dikelola oleh Kelompok Penggerak Pariwisata (Kompepar) dan status kepemilikannya dimiliki oleh masyarakat lokal. Dan tata guna lahannya baru diperuntukkan sebagai pemukiman penduduk dan lahan terbukanya memang dialokasikan sebagai area untuk pariwisata oleh penduduk setempat. Luas area yang dimiliki oleh pantai karang paranje adalah 9 ha dengan luas kawasan sebesar 12-13 ha.
Didaerah tersebut hanya terdapat sebuah lapangan bola dan jembatan yang menghubungkan antara daratan dengan pesisir pantai karang paranje, serta sebuah danau alami yang sering digunakan masyarakat untuk menangkap ikan.
Untuk daerah tepi pantai flora dominannya adalah pandan bidur yang daunnya dapat dimanfaatkan sebagai bahan untuk membuat anyaman oleh penduduk sekitar.
Kegiatan wisata yang bisa dilakukan di daya tarik wisata ini adalah menikmati pemandangan pantai (sightseeing), memancing, fotografi, bermain di pantai, berjalan-jalan, dan melihat matahari tenggelam (sunset). Untuk aktivitas yang berpotensi untuk dikembangkan antara lain : berperahu, berjemur, spooning nook, dan olah raga air.
Lokasi: Desa Karyasari, Kecamatan Pameungpeuk, kabupaten Garut
Info Lengkap: http://disparbud.jabarprov.go.id

Gunung Haruman Garut, Lokasi Wisata Alam dan Olah Raga Paragliding

Satu lagi wisata alam yang bisa dinikmati di daerah Garut adalah wisata olah raga Paraglading/ paralayang di Gunung Haruman. Gunung Haruman merupakan sebuah objek yang digunakan untuk olah raga Paraglading bagi orang-orang pecinta terbang layang, baraya juga bisa melakukan tracking atau menikmati pemandangan dan photography lewat udara menggunakan paralayang.

Gunung Haruman memiliki ketingian lebih kurang 1300 m diatas permukaan laut dan bukan jenis gunung berapi. Sebuah lahan seluas 40 x 15 m2 berlapis rerumputan di atasnya dengan kemiringan yang landai akan menyambut kedatangan penghoby terbang layang.
Hingga kini objek wisata alam ini belum ada pengelolanya bahkan status kepemilikan tanah yang digunakan untuk Paraglaiding adalah tanah masyarakat. Pengunjung biasanya membawa sendiri peralatan yang dibutuhkan. Walapun demikian pengunjung mancanegara banyak yang datang menikmati wisata olah raga yang cukup memacu adrenalin ini, seperti dari Singapura, Belanda, Korea dan Amerika. Disamping para pengunjung dari Jakarta, Jateng dan Jatim.
Olah raga paralayang di gunung haruman garut
Untuk mencapai lokasi terbang layang Gunung Haruman, baraya bisa melalui jalan raya Gatut-Bandung melewati Kecamatan Kadungora. Dari Kecamatan Kadungora dapat menggunakan kendaraan pribadi atau ojeg menuju Desa Haruman Sari. Jarak yang ditempuh lebih kurang 15 km dengan lebar jalan 2-4 m. Untuk menuju landasan terbang layang dari Desa Haruman Sari berjarak 7-8 km, biasanya pengunjung menggunakan mobil jeep atau sejenisnya, hal ini disebabkan oleh kondisi jalan yang sangat rusak.
Baraya yang hoby paralayang, silahkan mencoba ‘terbang’ di Gunung Haruman, baraya akan menemukan sensasi yang belum didapatkan sebelumnya, sebab jika baraya ‘landing’, wisata kuliner masakan Sunda Sambel Cibiuk, sudah menanti. Nikmati dan rasakan.

Selayang Pandang Gunung Guntur Garut

 Anda tentu tidak asing dengan nama Gunung Guntur, di kaki gunung tersebut terdapat obyek wisata Cipanas, dimana limpahan air panas nya bersumber dari kawah Gunung Guntur.
Gunung Guntur Garut
Gunung Guntur Garutdoc.garutkab.go.id
Baraya, dari penelusuran beberapa catatan, Gunung Guntur berada pada ketinggian 2.249 m,  merupakan salah satu gunung berapi paling aktif pada sekitar tahun 1800-an. Namun setelah itu, aktifitasnya menurun hingga kini. Letusan Gunung Guntur pertama kali terjadi pada tahun 1690 dan letusan terakhir pada tahun 1847. Letusan Gunung Guntur yang terbesar terjadi pada tahun 1840 dimana lava yang keluar mengalir hingga Cipanas yang berjarak 3 Km dari kawah Gunung Guntur.
Gunung Guntur terletak di Kampung Dukuh Desa Pananjung Kecamatan Tarogong Kaler Kabupaten Garut. Bagi para pendaki gunung, untuk menuju puncak/kawahnya, Baraya dapat melakukannya dari Kampung Citiis sebelah selatan Gunung Guntur, dengan waktu tempuh 3 – 4 jam. Sedangkan Untuk menuju Kampung Citiis bisa dilakukan dari Kota Garut (3 km) dengan menggunakan kendaraan roda 4 (empat).
Sayang sekali kondisi cagar alam di sekitar kaki gunung tersebut telah rusak, bahkan menurut data di Dinas Kehutanan Kabupaten Garut, kerusakannya sudah mencapai sekitar 500 ha. Kondisi ini diperparah lagi dengan adanya pengerukan pasir ilegal yang telah memakan hampir sepertiga kaki gunung tersebut.
Jika kondisi ini dibiarkan dan tidak mendapat tanggapan serius dari semua pihak, maka tidak tertutup kemungkinan bencana besar harus dihadapi oleh warga masyarakat di sekitar wilayah Gunung Guntur. Curah hujan yang tinggi, bisa berakibat banjir bandang dan longsor material Gunung Guntur. Mendekati musim hujan yang tidak akan lama lagi, semestinya masyarakat meningkatkan kewaspadaan.

Kuliner Garut

  • Ladu Malangbong Makanan Khas Tradisional Garut

Ladu merupakan sebuah makanan sederhana khas Kab.Garut, makanan ini terbuat dari beras ketan dan layak dicoba. Tekstur makanan ini agak kasar dan jika digigit kenyal mirip dodol namun sensasinya berbeda dan inilah yang membuat ladu makanan tradisional khas yang pertama dipopulerkan oleh masyarakat Malangbong Garut ini benar-benar khas.

Ladu Malangbong Makanan Khas Tradisional Garut
Untuk mendapatkan ladu tidaklah susah, dengan banyaknya sentra oleh-oleh yang menyediakan aneka makanan khas kita dengan mudah mendapatkan makanan khas yang wajib anda coba ini.

  • Chocodot Cokelat Dodol Kuliner Anti Galau Asli Garut

Kota intan bukan hanya dikenal karena memiliki tempat wisata dengan panorama dan karakter khas alamnya yang menawan, namun Garut juga terkenal karena kulinernya yang istimewa. Dodol Garut adalah salah satu icon kuliner Garut yang sangat familiar. Dan kini muncul satu lagi kuliner khas Garut yang tidak jauh dari bahan dasar dodol yaitu Chocodot. Chocodot yaitu coklat berisi dodol Garut, chocodot memiliki campuran rasa yang lain dari pada yang lain, perpaduan antara tekstur dodol yang kenyal dan juga rasa cokelat yang manis.

Chocodot Cokelat Dodol Kuliner Anti Galau Asli Garut
Adalah seorang asli Garut bernama Kiki Gumelar. Ia melakukan inovasi-inovasi terhadap dodol Garut dengan menambahkan aneka coklat di dalamnya seperti coklat hitam, coklat susu dan coklat putih. Kiki Gumelar memperkenalkan hasil inovasinya pada Agustus 2009 sebagai salah satu kuliner baru khas Garut.
Sebagai kuliner baru, Chocodot terus melakukan pengembangan-pengembangan baru seperti misalnya dengan memberikan nama yang unik dan lucu. Coklat Anti Galau, Coklat Enteng Jodoh dan Coklat Tolak Miskin adalah nama-nama lucu yang dipasang di dalam kemasan. Chocodot juga menambahkan bermacam-macam rasa di dalamnya, baik itu rasa yang sudak lumrah hingga dianggap aneh. Uniknya lagi, disertai dengan singkatan-singkatan yang lucu dan mudah diingat seperti Brodol, Gagel, Van Java Coklat, Rangicok, hingga Dogar. Kesemuanya dibuat dengan tidak meninggalkan ciri khas Garut sebagai kota Dodol.
Jika anda berkunjung ke Garut, jangan lupa untuk mencoba aneka rasa dan rupa Chocodot yang sudah kami sebutkan tadi. Anda bisa mendapatkannya di hampir seluruh toko oleh-oleh Garut atau bisa langsung ke gerai Chocodot di Tarogong Garut atau di Jl. Siliwangi Garut. Selamat berwisata dan selamat mencicipi Chocodot.


  • Kerupuk Kulit dan Dorokdok Garut Cemilan Khas Garut

    Tidak lengkap jika ketika anda berkunjung ke Garut, tidak mencicipi satu lagi makanan khas Garut yakni kerupuk kulit dan dorokdok. Kerupuk kulit dan dorokdok adalah makanan tradisional khas Garut memiliki rasa khas, renyah, pokoknya gak ada duanya. Kedua jenis cemilan ini hampir sejenis bedanya hanya di racikan bumbu serta bahan dasarnya. Jika kerupuk kulit terbuat dari kulit kerbau yang diberi bumbu ketumbar, bawang putih, kunir, asam jawa dan gula merah. Maka dorokdok terbuat dari kulit sapi pilihan diolah dengan cara yang sama, yaitu kulit mentah direbus, dijemur menjadi kulit yang siap digoreng. Proses pengerjaannya cukup lama, berkisar antara lima hari sampai satu minggu.
    Kerupuk Kulit dan Dorokdok Garut Cemilan Khas Garut
    Cemilan yang renyah ini bisa dimakan sebagai pelengkap makan bakso atau dimakan begitu saja sebagai teman dalam perjalanan atau juga bisa dimakan kapan saja. Kini berbagai rasa kerupuk kulit dan dorokdok dijajakan di berbagai toko penjual oleh-oleh Garut, seperti rasa original, manis, asin, gurih dan pedas. Kerupuk kulit dan dorokdok rasa pedas, cukup banyak diminati.
    Kemasan kerupuk kulit seberat 250 gr, dibandrol sekitar harga Rp.8.000,- Sedikit berbeda dengan harga satu kemasan dorokdok seberat 250 gr yakni Rp. 12.000,-. Harga yang masih terjangkau. “Kerupuk kulit dan dorokdok Garut, dijamin tanpa menggunakan bahan pengawet sehingga rasanya sangat alami,” kata seorang pengrajin kerupuk kulit dan dorokdok yang telah menggeluti usahanya puluhan tahun.
    Kerupuk kulit dan dorokdok Garut tersedia dalam berbagai ukuran kemasan, dengan harga bersaing. Tersedia berbagai merk yang sudah sangat dikenal seperti Pada Sono, Hikmah, Pusaka, Iti Kurih. Silahkan anda mencoba, dijamin bakal ketagihan.


    • Emplod (Endog Lewo) Makanan Khas Oleh-Oleh Garut

      Emplod atau Endog Lewo merupakan salah satu dari sekian banyak makanan khas yang bisa dijadikan oleh-oleh anda sepulang dari kota intan Garut. Makanan ini adalah makanan ringan sederhana dengan rasa khas. Emplod terbuat dari tepung singkong yang diberi bumbu tradisional yang mudah didapatkan, namun tetap ada rahasia bumbu racikan tertentu yang membuat rasa dari endog lewo/ emplod ini terasa nikmat. Ketika anda sekali mencoba emplod, dijamin anda tak akan mau berhenti untuk terus menikmati sensasi makanan khas tradisional yang satu ini.
      Endog lewo atau lebih dikenal dengan nama emplod memang seperti namanya, ‘endog’ yang berarti telur dan ‘lewo’ merupakan nama sebuah daerah di Garut, tepatnya di Malangbong. Ya benar, emplod memang sebuah makanan khas tradisional Malangbong Garut. Makanan ini mirip sekali dengan sukro namun ukuranya agak sedikit besar.
      Emplod (Endog Lewo) Makanan Khas Oleh-Oleh Garut Malangbong
      Pada saat ini, cemilan cepuluh cebelas endog lewo atau emplod banyak dikembangkan oleh rekan-rekan UKM Garut dengan inovasi-inovasi barunya, baik itu inovasi rasa maupun kemasan yang menambah nilai jual dan daya tarik konsumen.
      Emplod sangat pas dijadikan cemilan diwaktu santai anda dan tentunya pas dijadikan teman saat anda menjelajahi tempat wisata garut. Nah sekarang anda tau kan jika oleh-oleh Garut itu bukan hanya Dodol Garut, ketika anda berkunjung ke Garut dan mencari oleh-oleh selain dodol maka endog lewo atau emplod ini pas juga menjadi paket oleh-oleh kuliner Garut untuk anda bawa serta pulang ke rumah tercinta.
      Untuk mendapatkan dan membeli emplod tidak susah kok, anda dapat menemukannya di sentra oleh-oleh yang banyak terdapat di kota intan Garut. Selain itu anda juga bisa endapatkannya di online store atau toko online yang menjual makanan khas dari Garut.


      • Burayot Kue Tradisional Khas Garut

        Burayot Kue Tradisional Khas Garut. Burayot merupakan nama sebuah makanan khas dari Garut. Mungkin di kalangan luar, yang sangat menonjol khas Garut adalah dodol, padahal di Garut itu sangat banyak makanan khasnya terutama makanan khas tiap kecamatan. Burayot yang sangat dikenal oleh masyarakat Leles, Kadungora dan Wanaraja yang memiliki rasa yang manis dan gurih sehingga banyak disukai oleh banyak orang. Burayot atau ngaburayot dalam bahasa Sunda memiliki arti yaitu bergelantungan. Dari namanya saja sudah pasti makanan ini nyunda atau sunda banget.
        Burayot Kue Tradisional Khas GarutBurayot ini terbuat dari bahan-bahan yang tidak sulit ditemukan di banyak tempat yaitu gula merah, minyak kelapa, kacang tanah, dan tepung beras. Proses pembuatannya pun tidaklah sulit. Pertama-tama yang dilakukan untuk memprosesnya yaitu menumbuk beras merah menjadi tepung beras. Gula merah terlebih dahulu dicairkan. Sementara kacang merah digoreng tanpa minyak atau dalam bahasa sunda proses tersebut disebeut disangray. Kemudian ditumbuk sampai halus. Kacang merah dan tepung beras yang sudah halus kemudian dimasukan kedalam cairan gula merah yang sudah dicairkan dan didinginkan. Kemudian bahan ini dibuat adonan dengan cara diaduk sampai rata lalu dicetak untuk kemudian digoreng menggunakan wajan.
        Setelah matang kemudian ditiriskan. Saat ditiriskan dari wajan, makanan ini harus diangkat dengan menggunakan penusuk bambu. Karena sifatnya yang lembek itulah ketika diangkat menggunakan penusuk bamboo maka akan terlihat ngaburayot atau bergelantung, maka dari itulah makanan ini disebut Burayot.
        Anda yang berkunjung ke kota Garut atau masyarakat sekitar, silakan jangan lupa untuk mencoba burayot yang tersedia di tiap toko makanan khas Garut. Selain menyajikan dodol dan burayot masih banyak makanan khas Garut yang perlu anda coba dan tak akan kalah rasanya yang sangat cocok dilidah.

        • Pasar Ceplak Garut Tempat Tujuan Wisata Kuliner Garut

          Pasar Ceplak Garut Tempat Tujuan Wisata Kuliner Garut dengan slogan tersebut sangat pas menjuluki pasar ceplak yang terletak di Jalan Siliwangi Garut ini sebagai tempat wisata kuliner terlengkap dan termurah di Garut, boleh jadi termurah di Indonesia. Pasar ini merupakan sebuah pasar kuliner yang hanya buka pada waktu tertentu saja, tepatnya mulai beraktifias pada sore hari sekitar pukul 16.00 WIB sampai dengan malam tiba kurang lebih pukul 22.00 WIB.
          Pasar Ceplak Garut Tempat Tujuan Wisata Kuliner Garut
          Di tempat ini anda dapat menemukan jajaran kuliner khas Garut dan jajanan lainnya dengan harga yang sangat murah dan tempat ini menjadi daya tarik tersendiri bagi para pecinta kuliner tanah air termasuk luar negeri. Meski blok pasar ceplak Garut hanya merupakan jajaran kios kuliner kaki lima dengan diplay sederhana namun terbukti dari masa ke masa tempat ini menjadi salah satu tujuan wisata kuliner paling banyak dituju oleh wisatawan luar kota Garut.
          Meski hadir dengan kesederhanaan dan bagi sebagian orang terkesan ‘pabalatak’ namun lagi-lagi hal inilah yang menjadi salah satu kelebihan pasar ceplak sebagai sentra wisata kuliner di kota Garut yang menjadi daya tarik semua kalangan tanpa terkecuali. Oh ya bagi baraya lihat juga tips Iklan Internet Murah Efektif Berkualitas Indonesia sebelum bersiap untuk menjajal menu kuliner lengkap di Pasar Ceplak Garut.



           


         

       

 



Tokoh Garut

Sejarah Singkat dan Biografi RA. Lasminingrat :

Raden Ayu Lasminingrat lahir tahun 1843, putri seorang Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda yang terkenal pada zamannya, yaitu Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Setelah itu lahir pula dua orang adik perempuan yang seibu se-ayah, yaitu Nyi Raden Ratnaningrum dan Nyi Raden Lenggang Kencana. Dalam sebuah buku kajian tentang perjuangan Raden Ayu Lasminingrat karya Prof. Dr. Hj. Nina Lubis, M.S., diutarakan bahwa Raden Haji Muhamad Musa sangat memperhatikan pendidikan anak-anaknya. Ia menghendaki putri-putrinya yang berjumlah 17 orang dari beberapa isteri itu, bersekolah di sekolah Belanda. 

Oleh karena saat itu belum ada sekolah semacam itu di Garut, maka Raden Haji Muhamad Musa mendirikan sekolah Eropa (bijzondere Europeesche School) dengan menggaji dua orang guru Eropa. Di sekolah ini orang Eropa (Belanda) dapat bersekolah bersama-sama dengan anak-anak pribumi, juga anak laki-laki bercampur dengan anak-anak perempuan.

Sejarah Singkat dan Biografi RA. Lasminingrat
Alhasil, kemampuan Raden Ayu Lasminingrat dalam berbahasa Belanda sangat fasih, bahkan Karel Frederick Holle, seorang administrator di Perkebunan Teh Waspada, Cikajang, memujinya. Pujian itu dinyatakan dalam surat Holle kepada P.J. Veth, antara lain menyebutkan Bahwa: “Anak perempuan penghulu yang menikah dengan Bupati Garut, menyadur dengan tepat cerita-cerita dongeng karangan Grimm, cerita-cerita dari negeri dongeng (Oleg Goeverneur), dan cerita-cerita lainnya ke dalam bahasa Sunda” (Moriyama, 2005:244).
K.F. Holle memang sangat dekat dengan anak-anak Raden Haji Muhamad Musa,termasuk dengan Lasminingrat, bahkan tak segan-segan, Lasmingrat “nembang” di depan K.F. Holle, yang kadang dipanggil sebagai “Tuan Kawasa” (lubis, 1998). Peranan K.F. Holle dalam merevitalisasi bahasa Sunda sangat besar, terbukti dengan menerbitkan buku-buku dalam bahasa Sunda, memberikan dorongan kepada kaum menak untuk menuliskan karya-karya mereka dan menerbitkannya. Dalam buku tersebut diceritakan, Lasmingrat juga terlibat dalam “proyek” menyusun buku-buku pelajaran Sunda dengan diberi biaya f. 1200 dari Pemerintah Belanda.
Pada tahun 1875, Raden Ayu berhasil menerjemahkan ke dalam bahasa Sunda, karya Christoph von Schmidt, Hendrik van Eichenfels, versi Belanda diterjemahkan dari bahasa Jerman tahun 1883. Judulnya menjadi Tjarita Erman yang ditulis dalam aksara Jawa, dicetak 6.015 eksemplar. Kemudian pada tahun 1911 terbit edisi dua, juga dalam aksara Jawa. Dan tahun 1922, terbit edisi ketiga, ditulis dalam aksara Latin.
Selanjutnya, tahun 1876, Lasminingrat menulis buku Warnasari atawa Rupa-rupa Dongeng, yang diterjemahkan dari karya Marchen von Grimm dan J.A.A Goeverneur, Vertelsels uit het Wonderland voor Kinderen, Klein en Groot (1872), dan beberpa cerita lainnya, ditulis dalam aksara Jawa. Tahun 1903 dan 1907 terbit edisi dua dan tiga. Tahun 1887, menulis Warnasari, Jilid 2 ditulis dalam aksara Latin, selanjutnya dicetak edisi kedua tahun 1909.
Bakat Raden Ayu Lasminingrat dalam mengarang, tak pelak lagi diwarisi dari ayahnya yang juga seorang sastrawan terkemuka, yang menghidupkan kembali bahasa Sunda di kalangan menak Sunda, termasuk warisan bakatnya diturunkan kepada Raden Kartawinata dan Raden Ayu Lenggang Kencana. Dari beberapa karyanya, Raden Ayu Lasmingrat dalam membuat terjemahan dengan cara menyadur sehingga cerita asing itu menjadi “membumi”, antara lain nama-nama para tokoh yang berbau pribumi (misalnya : “Erman”, “Ki Pawitra”) atau memberi warna Islami. Selain itu, dalam karyanya mencoba menanamkan rasionalisme dalam dunia pribumi yang masih beralam tradisional yang diwarnai takhayul. Tidak hanya itu, raden Ayu Lasminingrat juga mengedepankan soal pengetahuan dasar, baik itu tentang ilmu pengetahuan alam yang sangat dasar tentang sumber air (mata air, hujan), tentang cahaya (matahari dan lampu), tumbuh-tumbuhan, termasuk bagaimana mengajarkan tentang ke-Tuhan-an.
Raden Ayu Lasmingrat pun adalah pengarang wanita pertama dalam bahasa Sunda, yang menggunakan kata ganti orang pertama. Ia memakai kata “Koela” (artinya “saya”). Biasanya pada saat itu para pengarang menggunakan kata ganti orang ketiga dalam karangan-karangannya. Ini menunjukkan bahwa Raden Ayu Lasminingrat, meski memiliki hubungan erat dengan orang-orang Belanda, namun ia bisa menunjukkan integritasnya sebagai seorang pribadi intelektual, sekaligus kepeloporannya dalam dunia satra.
Peran Raden Ayu Lasmingrat dibuktikan dengan didirikannya Sakola Kautamaan Istri tahun 1907, dengan mengambil tempat di ruang gamelan Pendopo Garut. Kemudian seiring dengan pergantian nama Kabupaten Limbangan menjadi Kabupaten Garut Tahun 1913. Dua tahun setelah pergantian nama, R.A.A. Wiaratanudatar VIII pensiun, setelah menjadi bupati sejak tahun 1871. Jabatan Bupati Garut kemudian dipangku oleh R.A.A. Suria Kartalegawa, yang masih terhitung keponakannya. Akhirnya Raden Ayu Lasmingrat pindah dari pendopo ke sebuah rumah di Regensweg (sekarang Jalan Siliwangi). Rumah yang besar ini (sekarang menjadi Yogya Department Store). Hingga usia 80 tahun ia masih aktif, meskipun tidak langsung dalam dunia pendidikan.
Pada masa pendudukan Jepang, Sakola Kautamaan Istri itu diganti namanya menjadi Sekolah Rakyat (SR) dan mulai menerima laki-laki. Sejak tahun 1950, SR tersebut berubah menjadi SDN Ranggalawe I dan IV yang dikelola Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Daerah Tingkat II Garut. Tahun 1990-an hingga kini berubah lagi menjadi SDN Regol VII dan X.

Haji Hasan Mustapa :

Haji Hasan Mustapa adalah ulama, budayawan dan sastrawan Sunda yang lahir di Cikajang, sebuah Kecamatan di wilayah Garut Selatan, tanggal 3 Juni 1852 M. Pertama kali perjumpaan saya dengan lembaran-lembaran dangding Haji Hasan Mustapa (HHM) adalah waktu bersilaturahim dengan salah seorang wartawan Majalah Mangle, kang Asep Ganjar Purnama, tahun 2004. Semakin saya mencerna—labirin maknanya seperti tak pernah usai melempar diri saya di atas perahu kecil yang tak henti berperang dengan badai. Saya pun menepi, selebihnya sepi, bertahun-tahun sepi. Tapi toh kegelisahan tak serta merta bisa dikuras habis meski dalam waktu yang demikian panjang. Beberapa tahun kemudian akhirnya saya dipertemukan kembali dengan dangding-dangding HHM.  Kalbu saya kembali terkurung dalam senandung Puyuh Ngungkung dina Kurung.

Haji Hasan MustapaBathin saya tak henti dihantui dangding Hariring nu Hudang Gering. Pikiran saya berulangkali tersuruk dalam gugus Dumuk Suluk Tilas Tepus. Berdesakan pikiran saya dalam Sinom Pamake Nonoman, terhimpit Amis Tiis Pentil Majapait—pergulatan tak biasa dalam kerumunan “mantra” yang menyimpan makna nan luar biasa. Ya, pertama kali saya membaca dangding HHM, saya terpikat oleh pada (bait) dalam  Puyuh Ngungkung dina Kurung:
ngalantung méméh ngalantung,
ngalinjing méméh ngalinjing,
néangan méméh néangan,
nepi ka méméhna indit,
datang saméméhna iang,
indit saméméh mimiti…

Bait yang sederhana, tetapi menyimpan makna yang tak mudah dicerna, setidaknya bagi saya. Tapi sesulit apapun maknanya, entah kenapa, sulit pula bagi saya untuk melupakan pesonanya yang tak henti menghantui kesadaran saya. Begitulah, bait diatas adalah salah satu dangding yang tak henti “menginterogasi” kesadaran saya sampai hari ini. Masih ada lebih dari 10.000 bait dangding lainnya–seperti laiknya 10.000 lebih orang yang menertawakan kejumudan hidup saya; bak 10.000 ulama yang menertawakan kekonyolan cara beragama saya; bagaikan 10.000 filosof yang menertawakan cara berpikir saya, dan seterusnya dan seterusnya.
Ya, dalam dangding-dangding HHM, saya seperti mencium aroma “harta karun” permenungan dan ajaran-ajaran yang sangat berharga, dan kita hari ini adalah orang-orang yang mempunyai tugas penting untuk menggali kekayaan makna-maknanya, agar tidak mati tenggelam di kubangan zaman. Kita patut bersyukur, karya-karyanya masih tetap hidup bersama kita, meski telah bertahun-tahun yang lalu ia wafat pada hari Senin, 13 Januari 1930 M. Ayo, kaum muda, sepatutnya juga kita terus menggali, menjaga dan tak henti mengapresiasi karya-karyanya.

Sejarah kota Garut


Sejarah Singkat Kabupaten Garut – Karena produksi kopi pada saat itu menurun drastis hingga titik nol dan Bupati menolak perintah penanaman lada, maka pada tahun 1811 Daendels membubarkan Kabupaten Limbangan. Sejak masa itulah sejarah Kabupaten Garut dimulai dengan pembentukan Kabupaten Limbangan yang beribu kota di Suci. Penetapannya dilakukan oleh Letnan Gubernur di Indonesia yang pada waktu itu dijabat oleh Raffles pada tanggal 16 Pebruari 1813.
Karena Suci dinilai kurang strategis, Bupati Limbangan Adipati Adiwijaya (1813-1831) membentuk panitia untuk mencari tempat yang cocok bagi Ibu Kota Kabupaten. Maka dipilih Cimurah, namun karena air bersih susah didapat, panitia Selanjutnya panitia mencari lokasi ke arah Barat Suci, sekitar 5 Km dan mendapatkan tempat yang cocok untuk dijadikan Ibu Kota.
Sejarah Singkat Kabupaten GarutSaat ditemukan mata air berupa telaga kecil yang tertutup semak belukar berduri seorang panitia “kakarut” atau tergores tangannya sampai berdarah. Dalam rombongan panitia, turut pula seorang Eropa yang ikut membenahi atau “ngabaladah” tempat tersebut. Begitu melihat tangan salah seorang panitia tersebut berdarah, langsung bertanya : “Mengapa berdarah?” Orang yang tergores menjawab, tangannya kakarut. Orang Eropa atau Belanda tersebut menirukan kata kakarut dengan lidah yang tidak fasih sehingga sebutannya menjadi “gagarut”.
Sejak saat itu, para pekerja dalam rombongan panitia menamai tanaman berduri dengan sebutan “Ki Garut” dan telaganya dinamai “Ci Garut”. Dengan ditemukannya Ci Garut, daerah sekitar itu dikenal dengan nama Garut.Cetusan nama Garut tersebut direstui oleh Bupati Kabupaten Limbangan Adipati Adiwijaya untuk dijadikan Ibu Kota Kabupaten Limbangan.
Maka peletakkan batu pertama ( 15 September 1813) pun dilakukan untuk mengawali pembangunan sarana dan prasarana ibukota seperti rumah tinggal, kantor asisten residen,pendopo, alun-alun, mesjid dan babancong.Setelah bangunan-bangunan selesai dibuat, maka ibu kota Limbangan pindah dari Suci ke Garut (Tahun 1821). Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Jenderal No: 60 tanggal 7 Mei 1913, nama Kabupaten Limbangan diganti menjadi Kabupaten Garut dan beribu kota Garut pada tanggal 1 Juli 1913. Pada waktu itu, Bupati yang sedang menjabat adalah RAA Wiratanudatar (1871-1915).
Pada tahun 1915, RAA Wiratanudatar digantikan oleh keponakannya Adipati Suria Karta Legawa (1915-1929). Pada masa pemerintahannya tepatnya tanggal 14 Agustus 1925, berdasarkan keputusan Gubernur Jenderal, Kabupaten Garut disahkan menjadi daerah pemerintahan yang berdiri sendiri (otonom). Wewenang yang bersifat otonom berhak dijalankan Kabupaten Garut dalam beberapa hal, yakni berhubungan dengan masalah pemeliharaan jalan-jalan, jembatan-jembatan, kebersihan, dan poliklinik. Selama periode 1930-1942, Bupati yang menjabat di Kabupaten Garut adalah Adipati Moh. Musa Suria Kartalegawa. Ia diangkat menjadi Bupati Kabupaten Garut pada tahun 1929 menggantikan ayahnya Adipati Suria Karta Legawa (1915-1929).

Perkembangan Fisik Kota
Sampai tahun 1960-an, perkembangan fisik Kota Garut dibagi menjadi tiga periode, yakni pertama (1813-1920) berkembang secara linear. Pada masa itu di Kota Garut banyak didirikan bangunan oleh Pemerintah Kolonial Belanda untuk kepentingan pemerintahan, berinvestasi dalam usaha perkebunan, penggalian sumber mineral dan objek wisata. Pembangunan pemukiman penduduk, terutama disekitar alun-alun dan memanjang ke arah Timur sepanjang jalan Societeit Straat.

Periode kedua (1920-1940), Kota Garut berkembang secara konsentris. Perubahan itu terjadi karena pada periode pertama diberikan proyek pelayanan bagi penduduk. Wajah tatakota mulai berubah dengan berdirinya beberapa fasilitas kota, seperti stasiun kereta api, kantor pos, apotek, sekolah, hotel, pertokoan (milik orang Cina, Jepang, India dan Eropa) serta pasar.
Periode ketiga (1940-1960-an), perkembangan Kota Garut cenderung mengikuti teori inti berganda. Perkembangan ini bisa dilihat pada zona-zona perdagangan, pendidikan, pemukiman dan pertumbuhan penduduk.

Keadaan Umum Kota
Pada awal abad ke-20, Kota Garut mengacu pada pola masyarakat yang heterogen sebagai akibat arus urbanisasi. Keanekaragaman masyarakat dan pertumbuhan Kota Garut erat kaitannya dengan usaha-usaha perkebunan dan objek wisata di daerah Garut.
Orang Belanda yang berjasa dalam pembangunan perkebunan dan pertanian di daerah Garut adalah K.F Holle. Untuk mengenang jasa-jasanya, pemerintah Kolonial Belanda mengabadikan nama Holle menjadi sebuah jalan di Kota Garut, yakni jalan Holle (Jl.Mandalagiri) dan membuat patung setengah dada Holle di Alun-alun Garut.

Pembukaan perkebunan-perkebunan tersebut diikuti pula dengan pembangunan hotel-hotel pada Tahun 1917. Hotel-hotel tersebut merupakan tempat menginap dan hiburan bagi para pegawai perkebunan atau wisatawan yang datang dari luar negeri. Hotel-hotel di Kota Garut , yaitu Hotel Papandayan, Hotel Villa Dolce, Hotell Belvedere, dan Hotel Van Hengel.
Di luar Kota Garut terdapat Hotel Ngamplang di Cilawu, Hotel Cisurupan di Cisurupan, Hotel Melayu di Tarogong, Hotel Bagendit di Banyuresmi, Hotel Kamojang di Samarang dan Hotel Cilauteureun di Pameungpeuk. Berita tentang Indahnya Kota Garut tersebar ke seluruh dunia, yang menjadikan Kota Garut sebagai tempat pariwisata.

Penetapan Hari Jadi Garut
Sebagaimana sudah disepakati sejak awal, semua kalangan masyarakat Garut telah menerima bahwa hari jadi Garut bukan jatuh pada tanggal 17 Mei 1913 yaitu saat penggantian nama Kabupaten Limbangan menjadi Kabupaten Garut, tetapi pada saat kawasan kota Garut mulai dibuka dan dibangun sarana prasarana sebagai persiapan ibukota Kabupaten Limbangan. Oleh karena itu, mulai tahun 1963 Hari Jadi Garut diperingati setiap tanggal 15 September berdasarkan temuan Tim Pencari Fakta Sejarah yang mengacu tanggal 15 September 1813 tersebut pada tulisan yang tertera di jembatan Leuwidaun sebelum direnovasi. Namun keyakinan masyarakat terhadap dasar pengambilan hari jadi Garut pun berubah. Dalam PERDA Kabupaten Garut No. 30 Tahun 2011 tentang Hari Jadi Garut, dinyatakan bahwa Hari Jadi Garut dipandang lebih tepat pada tanggal 16 Februari 1813.

Penelusuran hari jadi Garut berpijak pada pertanyaan kapan pertama kali muncul istilah “Garut”. Seperti dijelaskan dalam Latar Belakang di atas, bahwa ungkapan itu muncul saat “ngabaladah” dalam mencari tempat untuk ibukota Kabupaten Limbangan yang diperintahkan R.A.A Adiwijaya sebagai Bupati yang dilantik pada tanggal 16 Februari 1813. Fakta tentang Jembatan Leuwidaun yang peletakkan batu pertamanya adalah tanggal 15 September 1918 juga tetap diperhitungkan. Dengan demikian, asal mula tercetus kata “Garut” adalah diyakini berada pada sebuah hari antara 16 Februari 1813 s.d. 15 September 1918.